SEKJA PIK: Kita Perlu Metode Ciri Khas GMIM

kpas.gmim.or.id – Rutin mendapatkan undangan pelayanan dari Jemaat, Kelompok Kerja (pokja) Penginjilan Ibadah Kreatif (PIK) terus berupaya mengembangkan diri. Hal ini dikatakan Sekretaris Pokja PIK Yekke Mamahit.
Ia mengakui, Pokja PIK selalu membuka diri untuk belajar dan mengembangkan metode-metode penginjilan/ibadah kreatif yang ada.
“Ada saatnya nanti pelayanan Anak GMIM memiliki metode, modul sendiri yang berciri khas GMIM, setelah banyak belajar dan menggunakan berbagai metode yang pernah diterima dalam pelatihan/seminar yang pernah kami ikuti.” jelas Yekke.
“Selain POKJA Penginjilan Ibadah Kreatif (PIK), KPA Sinode GMIM juga memiliki Kids EE, Panggung Boneka, dan Pokja VCD/Film, dimana seluruh pokja tersebut disatukan dalam Pokja Penginjilan Anak, namun memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tentu kami perlu ditopang oleh KPA Sinode GMIM.” harap Yekke.
Sementara itu Rohaniwan Just For Christ (J4C) Ikhtus Pdt. Herlina Indiani Fiala, M.Th menjelaskan, kebanyakan Gereja ibadah kreatifnya rata-rata sasarannya selalu berakhir pada pelayanan. Sementara Pertumbuhan dan Pengutusan sering terabaikan karena beberapa faktor.
“Melaksanakan Pelayanan, Pertobatan, Persekutuan, Pertumbuhan, dan Pengutusan (5P) bukanlah hal mudah. Untuk mencapai keseluruhan dari 5P harus dimulai dengan pimpinan Gereja yang memahami dengan benar 5P tersebut. Selanjutnya, para rohaniwan mengikuti pembinaan, dan bertugas untuk melanjutkan ke semua Jemaat, termasuk anak-anak, tentang tujuan 5P tersebut.” Terang Pdt. Herlina.
Diakuinya, GMIM dengan luas wilayah pelayanan dan keadaan geografis jemaat yang bervariasi, agak kesulitan menjalankan visi ini. Apalagi setiap periodenya ada pergantian kepemimpinan. Sehingga metode 5P ini perlu disesuaikan dengan keadaan jemaat GMIM, baru dapat dilaksanakan sepenuhnya. (Anq)